Moehammad Abdoe



Moehammad Abdoe adalah penyair dan cerpenis berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal melalui karyanya berupa cerita pendek dan puisi yang dipublikasikan di sejumlah surat kabar Indonesia maupun luar negeri, seperti: News Sabah Times, Harian Ekspres, Utusan Borneo, Suara Sarawak, Suara Merdeka, Republika, Jawa Pos, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Koran Merapi, Analisa (Medan), Rakyat Sultra, Riau Pos, Bangka Pos, Pontianak Post, Tanjungpinang Pos, Pikiran Rakyat, Medan Pos, Pos Bali, Malang Post, Radar Madura, Radar Madiun, Radar Banyuwangi, Radar Malang, Radar Mojokerto, Radar Cirebon, Bhirawa (Surabaya), Lampung News, Dinamika News (Bandar Lampung), BMR Fox, Cakra Bangsa, Kata Berita, Gokenje, Cakra Dunia, Serikat News, Jejak Penulis, Apajake, Banaran Media, Cerano, Tembi Rumah Budaya (Yogyakarta), serta diabadikan di dalam buku antologi bersama Pengantin Langit (BNPT-KSI, Jakarta, 2014). Sapuan Angin Mawar (2015), Penulis Puisi Satrio Paningit (2016), Tulisan Tangan Penyair (2017), Bianglala (2018), Aksara Rindu (2019), Obor Peradaban Barus, dan Sungai yang Terluka (2020).

 

Lelaki kelahiran kota apel (Malang, 27 Mei 1999) tersebut awal mula mendalami dunia sastranya meliputi beberapa pulau dan kota, antara lain: Jakarta, Pulau Buru, Madura, dan Jawa. Beberapa puisinya pernah ditayangkan di harian Riau Pos dan Koran Merapi (Yogyakarta) dalam edisi khusus untuk memperingati Hari Puisi Nasional, Indonesia (28 April 2020 sekaligus untuk mengenang wafatnya penyair Chairil Anwar). Pernah meraih anugerah penghargaan dari kantor Bahasa Sulawesi Tenggara (2019), Balairung Press (Universitas Gadjah Mada 2020), dan penerbit Surya Pustaka Ilmu dengan kategori puisi terbaik (2020).


 

Selain itu, ia juga produktif menulis di halaman "Fiksi" Kompasiana sebagai blogger. Aktif bergiat di beberapa komunitas, seperti: Dari Negeri Poci, Sanggar Purai (Tarian Sufi), Dinding Puisi, Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, Sastra Minggu, Sastra Koran Majalah, Komunitas Bisa Menulis, Forum Sastra Asian, Lingkar Studi Sastra Setrawulan, serta memelopori komunitas Pemuda Desa Merdeka (PDM 2015) yang banyak menghimpun dari kalangan seniman dan musisi dari kota Malang dengan satu gerakan yang lebih condong mengangkat tema-tema sosial dan kreatif seni musik jalanan. Saat ini, ia masih tinggal di sebuah desa kecil di bawah lereng bukit kapur (Kalipare-Malang) sebagai penulis lepas.

Komentar